Beranda > POLITIK HUKUM > T.B Massa : Kemenangan SBY di Aceh Jangan Menguntungkan Elit Politik

T.B Massa : Kemenangan SBY di Aceh Jangan Menguntungkan Elit Politik

JAKARTA, Transparan- Kemenangan mutlak yang diperoleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam pilpres 2009 di Aceh (memperoleh suara 93% di Aceh sebagai pencapaian perolehan suara tertinggi di seluruh Indonesia – red) akan berdampak positif bagi prospek integrasi dan hubungan politik Aceh untuk mewujudkan suatu perspektif baru dari hubungan Aceh dan Jakarta untuk menuju keadaan yang lebih baik, maju dan demokratis disertai dengan peningkatan kinerja pemerintah Aceh sehingga kemenangan ini membawa perubahan ekonomi di Aceh yang signifikan bila di-bandingkan masa sebelumnya, demikian dikemukakan Dr.T.B Massa Jafar, Dosen dan juga Sekretaris Program Pasca Sarjana Ilmu Politik Universitas Nasional Jakarta (15/8) saat Trans-paran meminta tanggapannya atas apa makna kemenangan SBY dalam pilpres 2009 di Aceh.

Pencapaian kemenangan perolehan suara SBY yang begitu tinggi di Aceh itu, lanjut Massa Doktor Politik Lulusan University kebangsaan Malaysia memberikan sinyal yang menggambarkan bahwa konflik di Aceh yang berkepanjangan yang merugikan Aceh dan Jakarta adalah telah menjadi masa lalu, sehingga dapat dikatakan kemenangan SBY ini akan membuka babak baru  adanya trust politic yang cukup besar, hal ini menjadikan masalah integrasi dalam konteks penguatan integrasi nasional tidak perlu diragukan lagi.

Namun demikian, kata Massa, putra asal Aceh ini mengingatkan jangan sampai terjadi ekspetasi yang terlalu besar bagi masyarakat Aceh dan  di sisi lain janji – janji politik yang diberikan SBY tidak dipenuhi hal ini berarti akan membuka potensi konflik politik dimasa yang akan datang dan itu sudah terjadi berulang kali dalam konteks hubungan pemerintah pusat dan Aceh.

Dan yang sangat penting, ujar Massa, jangan sampai kemenangan SBY ini hanya memberikan dampak yang menguntungkan pada perubahan politik dan ekonomi yang hanya terbatas pada tataran elit politiknya saja, tanpa menyentuh bagi kepentingan dan perubahan ekonomi rakyat, karena bila hal ini terjadi akan merusak integrasi yang sudah dibangun dan sekaligus juga dapat merusak hubungan elit politik di Aceh dengan rakyat Aceh itu sendiri.

Sementara itu dalam amatan Transparan tingkat angka kemiskinan dan pengangguran serta jumlah angkatan kerja di Aceh semakin membesar dan menghawatirkan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BPS Aceh tahun 2008, tingkat angka kemiskinan mencapai 23,5% dari jumlah penduduk Aceh 4,2 juta yang menjadikan Aceh menduduki ranking ketiga  terbesar  tingkat kemiskinannya  secara nasional.  Apa jadinya Aceh ke depan setelah terwujudnya perdamaian dan pasca BRR namun perekonomian rakyat Aceh tidak beranjak meningkat. Kemiskinan dan pengangguran bertambah serta semakin menggejalanya kesenjangan antara yang the have dan the have not, inilah tantangan yang harus dijawab ke depan oleh pemerintah Aceh saat ini, mau kemana Aceh?. (TB22)

Kategori:POLITIK HUKUM Tag:
  1. Belum ada komentar.
  1. No trackbacks yet.

Tinggalkan komentar